Pernahkah dalam satu hari, berada di situasi
serba tidak enak tanpa jelas
sebab musababnya ?(bukan karena lagi PMS ya). Inilah yang terjadi pada saya.
Perdebatan tak penting di pagi hari dengan Rere anak saya, air mineral yang
tidak datang pada waktunya padahal 2 galon di rumah sudah kosong, jalan tikus
yang biasanya lancar mendadak seret, jalan raya yang macet, rumah yang tak
kunjung rapi sesuai standard karena PRT baru tak kunjung improve dengan
pekerjaannya, ditambah matahari yang bersinar terik tepat di atas kepala. Demikianlah situasinya. Hal-hal seperti ini
selalu sukses membuat migren saya kambuh dan kepala pun perlahan tapi pasti
berdenyut-denyut. Dalam keadaan seperti itu, otak tak bisa diajak berpikir,
hati rasanya keruh seperti air sungai Ciliwung dan level emosi pun menanjak,
perlahan tapi pasti. Ibarat kompor gas yang siap dinyalakan, sepercik api saja
akan mampu menghasilkan api besar.
Di tengah ruwetnya kepala dan keruhnya hati, saya
teringat sebuah broadcast message
yang menenangkan dari teman saya kemarin.
Saya buka kembali, dan kurang lebih begini kutipannya...
“Pernahkah...Saat kau sedang sedih, kecewa, tetapi tidak ada orang di sekitarmu
yang dapat kau jadikan tempat curahan
hati? Itulah saatnya dimana TUHAN ingin agar kamu berbicara padaNYA...
Pernahkah kau berada dalam situasi yang buntu..semua terasa begitu
sulit..begitu tidak menyenangkan..hambar ..kosong ..bahkan menakutkan.. ? Itu
adalah saat dimana Tuhan mengijinkan kamu diuji, supaya kamu menyadari
keberadaanNYA. Karena DIA tahu kamu sudah mulai melupakanNYA dalam kebimbangan
atau keraguan atau dalam kesenangan..Apakah kau pikir tulisan ini hanya iseng
terkirim padamu ?..Tidak ! sekali lagi TIDAK ada yang kebetulan. Melalui aku
Tuhan sedang memikirkanmu. Beberapa menit ini, tenangkanlah dirimu...Rasakan
kehadiranNYA,...Dengarkan suaraNYA yang berkata,”Jangan Khawatir..Aku ada di
sini bersamaMU’
Saya yang percaya bahwa segala sesuatu tidak terjadi
secara kebetulan pun tercenung. Benarkah Tuhan ingin berbicara dengan
saya?...kemarin hari Minggu, dan saya baru saja ke gereja deh. However, saya pun
berbelok masuk ke halaman gereja dekat rumah saya. Setelah mengambil air suci,
saya melangkah masuk. Hmmm..sebenarnya saya suka dengan suasana gereja di luar
misa hari Minggu. Tenang, sepi, tak banyak manusia dan bebas memilih tempat
berdoa. Di dalam, beberapa pekerja tampak sedang membersihkan lantai dan
bangku2 gereja. Seorang organis duduk di bangku keyboard sambil memainkan lagu2
rohani. Kelihatannya dia sedang berlatih. Ah, tidak ada yang kebetulan. Tuhan
memang mengantar saya ke sini. Dia menyiapkan pemain musik sehingga saya tak
perlu mendengar gaduhnya suara kendaraan di jalan raya depan gereja. Ya, saat
itu jam 11 siang. Jam-jam sibuknya orang Jakarta.
Saya berdiam hening, berkonsentrasi, membuat tanda
salib dan mendaraskan doa Bapa Kami, mempersiapkan batin saya untuk ‘bertemu’
denganNya. “Ya Bapa di surga, ampuni hambamu ini. Angkatlah segala amarah dan
kekesalanku pada hari ini, bersihkanlah hati dan pikiranku agar aku mampu
mendengar suaraMu.” Suara keyboard mengalun,
mengiringi saya berkontemplasi. Saya membuka mata dan mengambil buku doa di
hadapan saya dan kembali membatin, “Bicaralah padaKu ya Bapa, ijinkan aku
mendengar firmanMU dan biarkanlah firmanMu mengendap dalam hatiku.”
Dengan mata terpejam, saya membolak
balik buku doa secara acak, dan ketika saya membuka mata, di hadapan saya terbentang
halaman berisi kutipan kitab Mazmur.” Ya Allah,aku mencari Engkau untuk
merasakan kekuatan-Mu,” demikian kalimat pembukanya.(Kok pas banget ya?)
Perlahan saya membacanya,baris demi baris. Hingga saya terpaku pada sebuah kalimat,”Lebih
baik satu hari di Pelataran rumahMu, daripada seribu hari di tempat lain. Sebab
Tuhan Allah adalah Raja yang agung dan murah hati. Ia memberikan kasih dan
kemuliaan.” Sungguh, saat itu saya benar2 ingin berada di pelataran surga.
Kembali saya memejamkan mata, membayangkan pelataran rumahNya dan berharap DIA
di sana dan berbicara. “Bicaralah padaku ya Tuhan. Apa yang harus kulakukan?
Kau lah sang MAHA MENGETAHUI...
Saya pun terus
berkonsentrasi, berusaha memvisualisasikan keinginan saya untuk bertemu
Tuhan.Dengan mata masih terpejam, saya membayangkan sebuah taman yang indah,
dengan bangku2 batu putih pualam di tengahnya. Sepanjang mata memandang hanyalah tampak hijau
pepohonan dan rerumputan, warna warni bunga,semua tertata rapi. Beratapkan
langit nan biru, serta awan yang begitu dekat bak kabut putih mengelilingi, dan
semilir angin sejuk membelai wajah. Bias sinar matahari menerobos lembut dari
pepohonan. Semua tampak indah dan sempurna.
Saya terduduk di salah satu bangku taman,menarik napas panjang, menghirup
atmosfir yang begitu damai,bersih. Dan entah bagaimana, tiba-tiba terjadilah
percakapan imaginer ini. Saya ‘berjumpa’ denganNya, dan mata batin saya melihat
dan mendengar IA berbicara. Suaranya
berat dan lembut, “Mengapa mencari AKU anakku? AKU selalu berada bersamamu,
mengapa engkau ragu? Saya tertegun.Aah..bahkan
saya bicara pun belum kalau saya sedang mencari DIA,tapi DIA yang MAHATAHU
telah membaca semua isi hati dan pikiran saya.. “Tuhan..Ya Yesusku, bicaralah padaku. Mengapa aku
diselimuti kemarahan, kegelisahan? Apa yang harus kulakukan ?” IA tampak seperti
berpikir, dan berkata lagi, “Hmm...kau sudah tahu..Yang kau inginkan akan
terjadi pada waktunya, jangan kuatir. (Loch ? kok jawabannya begitu? Kan
pertanyaanya bukan itu...)
Tapi memang terus terang hal2 yang belum terwujud itu meresahkan saya
beberapa waktu ini. Jangan-jangan gara2
itu saya jadi mudah kesal dan marah, karena frustasi dengan keinginan yang tak
juga terwujud. Saya pun jadi nekad bertanya “Kenapa sulit sekali mewujudkan
keinginanku ya Tuhan ? Kapankah bisa terwujud ?”Hening sejenak, kemudian
terdengar jawaban lembut “Anakku, engkau tahu waktumu bukanlah waktuKU. Aku
tidak pernah terlambat membantumu. Bersabarlah. Semua akan indah pada waktunya.
Kau akan mampu melakukan tugas yang telah Kuberikan kepadaMu.” Demikian
jawabNya lagi.
Duuh..normatif banget ini jawabannya, persis pak SBY.Tugas apa pula ? Akibatnya
saya terus mengejarNYA dengan pertanyaan berikutnya,“Tapi kok rasanya sulit ya
Tuhan?.. Bagaimana aku melakukannya?.. rasanya tak sanggup.” Yesus
mendekatkan wajahNya, menatap mata saya dengan hangat dan Ia menunjuk
dadaNya dan kemudian menunjuk ke dada saya, “Ingatlah anakku, Aku di dalam
engkau dan engkau di dalam AKU. Tidak ada yang mustahil di dalam namaKU. Yakinlah
itu dan semuanya akan berjalan baik.” (duuh ..dari jaman para rasul sampe
sekarang, kenapa Yesus kalau ngomong mbingungi begini ya?) dan Ia menyambung perkataanNya
lagi sambil tersenyum, “Lakukanlah yang harus kau lakukan,jangan kuatir,jangan
takut, AKU selalu menyertaiMu.” Saya hanya bisa tertegun menatap mataNya yang
penuh kedamaian. Ah, kekeruhan dan keruwetan di hati ini tiba-tiba menguap. Saya
pun teringat ‘mantra’ yang diajarkan ibu saya, Fiat Voluntas Tua, Terjadilah
padaku seturut kehendakMu. Ya Tuhan, kemanakah kepasrahan itu pergi selama ini
?
Ingin rasanya memelukNya ketika Ia berkata lagi,“Serahkan kekhawatiranmu
kepadaKu. Masukkanlah harapan2 mu di dalam doamu,malaikat-malaikat pelindungmu
akan membantuku mengurusnya,”kataNya lagi sambil berdiri, kali ini senyumnya
yang teduh semakin lebar. Ia berjalan ke belakang saya. TubuhNya diselimuti sinar yang indah. Tubuh
saya pun berputar mengikuti kemana DIA melangkah. Dan saya pun terkejut,tak
dapat mempercayai pandangan saya. “Inilah malaikat-malaikat pelindung yang
membantumu menyampaikan doa-doamu kepadaKU nak,”Tampak bersama Nya kedua orang
tua saya. Wajah mereka penuh kedamaian. Oh My God. Entah apa yang berkecamuk
dalam hati saya. Betapa rindu melihat wajah Bapak dan Mami. Rasanya sudah lama
sekali mereka meninggalkan saya. Yang
jelas, bahagia,dan rasa damai menyelimuti diri. Mereka bertiga tersenyum,
mengangguk penuh arti dan saya terpaku tak bergerak. Ah, malaikat
pelindungku,maafkan anakmu ini yang sering lupa untuk mengajak berbicara.
Perlahan namun pasti, pemandangan itu pun menjauh dan memudar sebelum saya
sempat berkata2. Semakin bias, dan akhirnya hilang. Suara organ pun kembali
mengalun di telinga saya dengan lembut. Saya membuka mata. Ah, saya kembali di
bangku doa di gereja. Apa itu tadi ? Benarkah saya berada di Pelataran rumah
Tuhan? Entahlah. Yang jelas, saat itu saya merasa damai dan tenang. Kekeruhan
hati itu sirna sudah. Hati ini bagaikan disiram air nan sejuk. Kepala saya pun
rasanya ringan. Entah menguap kemana segala beban itu. Ya, saya percaya, DIA
lah yang telah mengangkatnya. Saya pun bersujud, mengucapkan syukur dan terima
kasih atas ‘pertemuan’ tadi. Rasanya obrolan tadi begitu nyata.
Saya melirik jam tangan,waw..hampir pk. 12.00 siang. Saya pun menyelesaikan
kontemplasi saya dan bergerak keluar dengan langkah ringan dan hati penuh
kedamaian. Masih banyak tugas yang menanti. Sekali lagi terngiang kata2Nya saat
kami berbincang di Pelataran RumahNya, “Lakukanlah yang harus kau
lakukan,jangan kuatir,jangan takut, AKU selalu menyertaiMu.” Saya pun teringat broadcast message dari teman saya,.. Dengarkan suaraNYA yang
berkata,”Jangan Khawatir..Aku ada di sini bersamaMU’. Memang, tidak ada yang terjadi secara
Kebetulan. Terima kasih Tuhan atas ‘panggilan’MU serta obrolan yang indah di
Pelataran RumahMu.