Kamis, 01 November 2012

Obrolan Imaginer di Pelataran Surga


Pernahkah dalam satu hari, berada di  situasi  serba tidak enak  tanpa jelas sebab musababnya ?(bukan karena lagi PMS ya). Inilah yang terjadi pada saya. Perdebatan tak penting di pagi hari dengan Rere anak saya, air mineral yang tidak datang pada waktunya padahal 2 galon di rumah sudah kosong, jalan tikus yang biasanya lancar mendadak seret, jalan raya yang macet, rumah yang tak kunjung rapi sesuai standard karena PRT baru tak kunjung improve dengan pekerjaannya, ditambah matahari yang bersinar terik tepat di atas kepala.  Demikianlah situasinya. Hal-hal seperti ini selalu sukses membuat migren saya kambuh dan kepala pun perlahan tapi pasti berdenyut-denyut. Dalam keadaan seperti itu, otak tak bisa diajak berpikir, hati rasanya keruh seperti air sungai Ciliwung dan level emosi pun menanjak, perlahan tapi pasti. Ibarat kompor gas yang siap dinyalakan, sepercik api saja akan mampu menghasilkan api besar.

                Di tengah ruwetnya kepala dan keruhnya hati, saya teringat sebuah broadcast message yang menenangkan dari teman saya kemarin.  Saya buka kembali, dan kurang lebih begini kutipannya... “Pernahkah...Saat kau sedang sedih, kecewa, tetapi tidak ada orang di sekitarmu yang dapat kau jadikan tempat  curahan hati? Itulah saatnya dimana TUHAN ingin agar kamu berbicara padaNYA... Pernahkah kau berada dalam situasi yang buntu..semua terasa begitu sulit..begitu tidak menyenangkan..hambar ..kosong ..bahkan menakutkan.. ? Itu adalah saat dimana Tuhan mengijinkan kamu diuji, supaya kamu menyadari keberadaanNYA. Karena DIA tahu kamu sudah mulai melupakanNYA dalam kebimbangan atau keraguan atau dalam kesenangan..Apakah kau pikir tulisan ini hanya iseng terkirim padamu ?..Tidak ! sekali lagi TIDAK ada yang kebetulan. Melalui aku Tuhan sedang memikirkanmu. Beberapa menit ini, tenangkanlah dirimu...Rasakan kehadiranNYA,...Dengarkan suaraNYA yang berkata,”Jangan Khawatir..Aku ada di sini bersamaMU’

                Saya yang percaya bahwa segala sesuatu tidak terjadi secara kebetulan pun tercenung. Benarkah Tuhan ingin berbicara dengan saya?...kemarin hari Minggu, dan saya baru saja ke gereja deh. However, saya pun berbelok masuk ke halaman gereja dekat rumah saya. Setelah mengambil air suci, saya melangkah masuk. Hmmm..sebenarnya saya suka dengan suasana gereja di luar misa hari Minggu. Tenang, sepi, tak banyak manusia dan bebas memilih tempat berdoa. Di dalam, beberapa pekerja tampak sedang membersihkan lantai dan bangku2 gereja. Seorang organis duduk di bangku keyboard sambil memainkan lagu2 rohani. Kelihatannya dia sedang berlatih. Ah, tidak ada yang kebetulan. Tuhan memang mengantar saya ke sini. Dia menyiapkan pemain musik sehingga saya tak perlu mendengar gaduhnya suara kendaraan di jalan raya depan gereja. Ya, saat itu jam 11 siang. Jam-jam sibuknya orang Jakarta.

                Saya berdiam hening, berkonsentrasi, membuat tanda salib dan mendaraskan doa Bapa Kami, mempersiapkan batin saya untuk ‘bertemu’ denganNya. “Ya Bapa di surga, ampuni hambamu ini. Angkatlah segala amarah dan kekesalanku pada hari ini, bersihkanlah hati dan pikiranku agar aku mampu mendengar suaraMu.”  Suara keyboard mengalun, mengiringi saya berkontemplasi. Saya membuka mata dan mengambil buku doa di hadapan saya dan kembali membatin, “Bicaralah padaKu ya Bapa, ijinkan aku mendengar firmanMU dan biarkanlah firmanMu mengendap dalam hatiku.”

 Dengan mata terpejam, saya membolak balik buku doa secara acak, dan ketika saya membuka mata, di hadapan saya terbentang halaman berisi kutipan kitab Mazmur.” Ya Allah,aku mencari Engkau untuk merasakan kekuatan-Mu,” demikian kalimat pembukanya.(Kok pas banget ya?) Perlahan saya membacanya,baris demi baris.  Hingga saya terpaku pada sebuah kalimat,”Lebih baik satu hari di Pelataran rumahMu, daripada seribu hari di tempat lain. Sebab Tuhan Allah adalah Raja yang agung dan murah hati. Ia memberikan kasih dan kemuliaan.” Sungguh, saat itu saya benar2 ingin berada di pelataran surga. Kembali saya memejamkan mata, membayangkan pelataran rumahNya dan berharap DIA di sana dan berbicara. “Bicaralah padaku ya Tuhan. Apa yang harus kulakukan? Kau lah sang MAHA MENGETAHUI...

                Saya pun terus  berkonsentrasi, berusaha memvisualisasikan keinginan saya untuk bertemu Tuhan.Dengan mata masih terpejam, saya membayangkan sebuah taman yang indah, dengan bangku2 batu putih pualam di tengahnya.  Sepanjang mata memandang hanyalah tampak hijau pepohonan dan rerumputan, warna warni bunga,semua tertata rapi. Beratapkan langit nan biru, serta awan yang begitu dekat bak kabut putih mengelilingi, dan semilir angin sejuk membelai wajah. Bias sinar matahari menerobos lembut dari pepohonan. Semua tampak indah dan sempurna.

Saya terduduk di salah satu bangku taman,menarik napas panjang, menghirup atmosfir yang begitu damai,bersih. Dan entah bagaimana, tiba-tiba terjadilah percakapan imaginer ini. Saya ‘berjumpa’ denganNya, dan mata batin saya melihat dan mendengar IA berbicara.  Suaranya berat dan lembut, “Mengapa mencari AKU anakku? AKU selalu berada bersamamu, mengapa engkau ragu?  Saya tertegun.Aah..bahkan saya bicara pun belum kalau saya sedang mencari DIA,tapi DIA yang MAHATAHU telah membaca semua isi hati dan pikiran saya.. “Tuhan..Ya  Yesusku, bicaralah padaku. Mengapa aku diselimuti kemarahan, kegelisahan? Apa yang harus kulakukan ?” IA tampak seperti berpikir, dan berkata lagi, “Hmm...kau sudah tahu..Yang kau inginkan akan terjadi pada waktunya, jangan kuatir. (Loch ? kok jawabannya begitu? Kan pertanyaanya bukan itu...) 

Tapi memang terus terang hal2 yang belum terwujud itu meresahkan saya beberapa waktu ini.  Jangan-jangan gara2 itu saya jadi mudah kesal dan marah, karena frustasi dengan keinginan yang tak juga terwujud. Saya pun jadi nekad bertanya “Kenapa sulit sekali mewujudkan keinginanku ya Tuhan ? Kapankah bisa terwujud ?”Hening sejenak, kemudian terdengar jawaban lembut “Anakku, engkau tahu waktumu bukanlah waktuKU. Aku tidak pernah terlambat membantumu. Bersabarlah. Semua akan indah pada waktunya. Kau akan mampu melakukan tugas yang telah Kuberikan kepadaMu.” Demikian jawabNya lagi.

Duuh..normatif banget ini jawabannya, persis pak SBY.Tugas apa pula ? Akibatnya saya terus mengejarNYA dengan pertanyaan berikutnya,“Tapi kok rasanya sulit ya Tuhan?.. Bagaimana aku melakukannya?.. rasanya tak sanggup.”  Yesus  mendekatkan wajahNya, menatap mata saya dengan hangat dan Ia menunjuk dadaNya dan kemudian menunjuk ke dada saya, “Ingatlah anakku, Aku di dalam engkau dan engkau di dalam AKU. Tidak ada yang mustahil di dalam namaKU. Yakinlah itu dan semuanya akan berjalan baik.” (duuh ..dari jaman para rasul sampe sekarang, kenapa Yesus kalau ngomong mbingungi begini ya?) dan Ia menyambung perkataanNya lagi sambil tersenyum, “Lakukanlah yang harus kau lakukan,jangan kuatir,jangan takut, AKU selalu menyertaiMu.” Saya hanya bisa tertegun menatap mataNya yang penuh kedamaian. Ah, kekeruhan dan keruwetan di hati ini tiba-tiba menguap. Saya pun teringat ‘mantra’ yang diajarkan ibu saya, Fiat Voluntas Tua, Terjadilah padaku seturut kehendakMu. Ya Tuhan, kemanakah kepasrahan itu pergi selama ini ?

Ingin rasanya memelukNya ketika Ia berkata lagi,“Serahkan kekhawatiranmu kepadaKu. Masukkanlah harapan2 mu di dalam doamu,malaikat-malaikat pelindungmu akan membantuku mengurusnya,”kataNya lagi sambil berdiri, kali ini senyumnya yang teduh semakin lebar. Ia berjalan ke belakang saya.  TubuhNya diselimuti sinar yang indah. Tubuh saya pun berputar mengikuti kemana DIA melangkah. Dan saya pun terkejut,tak dapat mempercayai pandangan saya. “Inilah malaikat-malaikat pelindung yang membantumu menyampaikan doa-doamu kepadaKU nak,”Tampak bersama Nya kedua orang tua saya. Wajah mereka penuh kedamaian. Oh My God. Entah apa yang berkecamuk dalam hati saya. Betapa rindu melihat wajah Bapak dan Mami. Rasanya sudah lama sekali  mereka meninggalkan saya. Yang jelas, bahagia,dan rasa damai menyelimuti diri. Mereka bertiga tersenyum, mengangguk penuh arti dan saya terpaku tak bergerak. Ah, malaikat pelindungku,maafkan anakmu ini yang sering lupa untuk mengajak berbicara.

Perlahan namun pasti, pemandangan itu pun menjauh dan memudar sebelum saya sempat berkata2. Semakin bias, dan akhirnya hilang. Suara organ pun kembali mengalun di telinga saya dengan lembut. Saya membuka mata. Ah, saya kembali di bangku doa di gereja. Apa itu tadi ? Benarkah saya berada di Pelataran rumah Tuhan? Entahlah. Yang jelas, saat itu saya merasa damai dan tenang. Kekeruhan hati itu sirna sudah. Hati ini bagaikan disiram air nan sejuk. Kepala saya pun rasanya ringan. Entah menguap kemana segala beban itu. Ya, saya percaya, DIA lah yang telah mengangkatnya. Saya pun bersujud, mengucapkan syukur dan terima kasih atas ‘pertemuan’ tadi. Rasanya obrolan tadi begitu nyata.

Saya melirik jam tangan,waw..hampir pk. 12.00 siang. Saya pun menyelesaikan kontemplasi saya dan bergerak keluar dengan langkah ringan dan hati penuh kedamaian. Masih banyak tugas yang menanti. Sekali lagi terngiang kata2Nya saat kami berbincang di Pelataran RumahNya, “Lakukanlah yang harus kau lakukan,jangan kuatir,jangan takut, AKU selalu menyertaiMu.” Saya pun teringat broadcast message  dari teman saya,.. Dengarkan suaraNYA yang berkata,”Jangan Khawatir..Aku ada di sini bersamaMU’.  Memang, tidak ada yang terjadi secara Kebetulan. Terima kasih Tuhan atas ‘panggilan’MU serta obrolan yang indah di Pelataran RumahMu.